Beranda | Artikel
Bahaya Membuat dan Menyebarkan Hadits Palsu
Rabu, 10 Maret 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Bahaya Membuat dan Menyebarkan Hadits Palsu merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah كتاب صحيح الترغيب والترهيب (kitab Shahih At-Targhib wa At-Tarhib) yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Rabu, 26 Rajab 1442 H / 10 Maret 2021 M.

Download kajian sebelumnya: Mendengarkan Hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

Kajian Hadits Tentang Bahaya Membuat dan Menyebarkan Hadits Palsu

Kita masuk hadits yang ke-94. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, dia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

“Siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya dari neraka.” (HR. Bukhari Muslim)

Hadits ke-95. Dari Samurah bin Jundub Radhiyallahu ‘Anhu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ حَدَّثَ عَنِّيْ بِحَدِيْثٍ يَرَيْ أَنَّهُ كَذِبٌ فَهُوَ أَحَدُ الْكَاذِبَيْنِ

“Siapa yang menyampaikan hadits dariku dengan suatu hadits yang masih diduga bahwa itu adalah dusta, maka ia termasuk salah satu dari dua pendusta.” (HR. Muslim)

Artinya yang membuat dan yang menyebarkannya.

Hadits ke-96. Dari Mughirah Radhiyallahu ‘Anhu, dia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ كَذِبًا عَلَيَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ فَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ

“Sesungguhnya berdusta atas namaku tidak sama dengan berdusta atas nama orang lain. Maka barangsiapa yang berdusta atas namaku secara sengaja, hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di neraka.” (HR. Muslim)

Bahaya berdusta atas nama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

Hadits-hadits ini menunjukkan bahayanya berdusta atas nama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Yaitu dengan cara membuat-buat hadits palsu lalu menisbatkannya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam secara dusta walaupun niat/tujuannya baik.

Para ulama menyebutkan bawa seburuk-buruk pemalsu hadits adalah orang-orang shalih yang mereka bodoh lalu membuat hadits-hadits palsu dengan tujuan berbuat kebaikan. Seperti Nuh bin Abi Maryam Abu ‘Ismah dan lainnya yang membuat hadits-hadits palsu tentang keutamaan-keutamaan surat per surat yang tujuannya, dia berkata: “Karena aku melihat orang-orang sibuk dengan fikih mazhab dan berpaling dari Al-Qur’an, maka aku sengaja buat hadits-hadits ini tujuannya supaya mereka mau mempelajari Al-Qur’an.” Ini tujuannya bagus sekali, tapi sayang caranya salah dengan berdusta atas nama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Maka haram hukumnya kita membuat-buat hadits palsu. Misalnya dengan cara membuat-buat dari ucapan yang bagus lalu kemudian menisbatkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Seperti yang kita lihat di zaman sekarang beredarnya hadits-hadits yang baru muncul dizaman ini.

Salah satu contoh hadits palsu yang biasanya muncul sebelum bulan Ramadhan adalah katanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam naik mimbar lalu mengucapkan: “Amin, amin, amin.” Lalu kemudian Rasulullah ditanya apa yang kau aminkan. Kata Rasulullah: “Semoga terhina orang yang sebelum Ramadhan belum minta maaf kepada orang tuanya, kepada tetangganya, kepada istrinya.” Padahal lafadz haditsnya bukan seperti itu.

Hadits yang ada dalam riwayat Imam Ahmad dan yang lainnya, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ditanya apa yang kau aminkan Wahai Rasulullah? Kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

قَالَ لِي جِبْرِيلُ: أَرْغَمَ اللَّهُ أَنْفَ عَبْدٍ أَوْ بَعُدَ دَخَلَ رَمَضَانَ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ، فَقُلْتُ: آمِينَ.

“Tadi Jibril datang dan berkata: ‘Semoga dihinakan orang yang masuk bulan Ramadhan lalu keluar darinya dalam keadaan tidak mendapat ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.’ Kata Rasulullah: ‘Amin`” (HR. Ahmad)

Itu hadits yang shahih. Tapi kemudian oleh sebagian orang yang tidak bertanggung jawab ini, dia mengambil bagian awal hadits lalu memasukkan padanya lafadz dari dirinya sendiri. Sehingga akhirnya dengan hadits ini banyak orang yang meyakini disunnahkannya meminta maaf sebelum bulan Ramadhan. Ternyata dasarnya hadits yang tidak ada asalnya sama sekali, dusta atas nama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Haramnya menyebarkan hadits palsu

Demikian pula hadits ini juga menunjukkan haramnya kita ikut menyebarkan hadits-hadits palsu. Maka hadits-hadits palsu tidak boleh disebarkan kecuali dalam rangka untuk menjelaskan akan kepalsuannya.

Adapun kemudian kita sebarkan dalam rangka untuk diamalkan, demi Allah ini hakikatnya kita sudah ikut andil dalam berdusta atas nama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Makannya di sini beliau membawakan lafadz Muslim dari hadits Samurah bin Jundub:

مَنْ حَدَّثَ عَنِّيْ بِحَدِيْثٍ يَرَيْ أَنَّهُ كَذِبٌ فَهُوَ أَحَدُ الْكَاذِبَيْنِ

“Siapa yang menyampaikan dariku suatu hadits yang masih diduga itu dusta tapi ia sampaikan, maka ia termasuk salah satu dari orang yang berdusta.” (HR. Muslim)

Kata Ibnu Hibban dalam kitab Al-Majruhim (Arab: المجروحين) ketika membawakan hadits ini, beliau membawakan judul untuk hadits ini: “Siapa yang ia masih ragu ketika ia meriwayatkan hadits apakah ini haditsnya shahih atau dhaif tapi ia sampaikan, maka ia masuk di dalam hadits ini.”

Bayangkan, kalau masih diduga bahwa ini tidak shahih itu masuk didalam ancaman, bagaimana kalau kita ternyata sudah tahu itu palsu kemudian disampaikan?

Maka kewajiban kita sebelum menyampaikan hadits adalah memastikan dulu keshahihannya, tanya kepada ahlinya. Jangan sampai hanya karena melihat isinya bagus kemudian kita sebarkan ternyata haditsnya palsu.

Contoh misalnya di bulan Rajab turut beredar hadits-hadits palsu tentang keutamaan puasa Rajab di hari pertama, hari kedua, hari ketiga, sampai hari ke-20. Padahal Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani Rahimahullah dalam kitab Tabyinul ‘Ajab (Arab: تبيين العجب بما ورد في فضل رجب) sudah menjelaskan akan kepalsuannya hadits tersebut.

Maka hati-hati, jangan sampai kita ikut-ikutan menyebarkan hadits palsu. Karena ancamannya berat, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan: “Siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di neraka.”

Bayangkan, saudaraku seiman.. Ini ancaman yang sangat mengerikan sekali.

Maka dari itu wajib kita untuk menjelaskan kepada manusia akan kepalsuan hadits. Karena ini sama saja kita membela sunnah. Ketika kita menjelaskan ini haditsnya palsu, ini haditsnya dhaif, ini haditsnya shahih, demi Allah itu hakikatnya pembelaan terhadap sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Alhamdulillah, kita kaum muslimin diberikan oleh Allah ilmu hadits. Dengan ilmu hadits itulah kita bisa memeriksa suatu hadits dari sisi derajatnya apakah shahih atau tidak. Ini merupakan keistimewaan yang khusus dimiliki oleh umat Islam saja, tidak dimiliki oleh umat-umat yang lainnya. Abdullah bin Mubarak berkata:

الإسناد من الدين، لو لا الإسناد لقال من شاء على ما شاء

Sanad hadits itu adalah bagian dari agama ini. Kalau bukan karena adanya sanad hadits, orang akan sembarangan membuat-buat hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Tapi dengan adanya sanad, kita bisa periksa sanadnya shahih atau tidak.

Makanya di zaman sekarang penting sekali. Terkadang ada orang seenaknya saja mengatakan (HR. Muslim) ternyata dicari dalam Shahih Muslim tidak ada. Dia mengatakan (HR. Bukhari) namun ketika dicari dalam Shahih Bukhari juga tidak ada.

Maka dari itu kita berusaha untuk ikut andil dalam membela sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan cara tidak ikut-ikutan menyebarkan hadits palsu, juga kita cek dulu sebelum kita sebarkan apakah hadits itu shahih atau dhahif. Kalau ternyata hadits itu palsu, maka kita jelaskan supaya manusia menjauhinya dan tidak menyebarkannya.

Bahaya berdusta atas nama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

Sesuatu akan dianggap sebagai agama padahal bukan agama sama sekali, akan dimasukkan ke dalam Islam sesuatu yang bukan dari Islam. Karena keyakinan bahwasanya itu sabda Rasul, maka menjadi sebuah hujjah. Makanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan: “Berdusta atas namaku tidak sama dengan berdusta atas nama orang lain.” Hal ini karena ucapan Rasulullah hujan.

Ini juga bantahan terhadap orang yang mengatakan bahwa ucapan kyai/ulama wajib diterima benar ataupun salah. Atau pendapat yang mengatakan bahwa imam itu maksum (tidak mungkin salah), wali itu mahfudz (terjaga dari kesalahan). Karena berdusta atas nama Rasulullah tidak sama dengan berdusta atas nama siapa pun juga.

Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49928-bahaya-membuat-dan-menyebarkan-hadits-palsu/